Munculnya pasar-pasar modern perlahan menyingkirkan pasar tradisional. Menjamurnya minimarket franchise perlahan menepikan kedai dan warung tradisional. Minimarket franchise tumbuh bak jamur dimusim hujan. Jumlahnya pun menggurita. Karena dikelola dengan modal besar dan menejemen yang baik maka berpenampilan menarik bagai gadis desa yang telah pandai bersolek. Baik dalam penampilan etalase dagangan, pelayanan, keramahan bahkan penjaga mini market yang muda dan bening. Alhasil pembelipun beralih ke minimarket modern. Lalu bagaimana nasib kedai atau warung tetangga kita?
Sejak kehadiran minimarket francishe maka perlahan warung dan kedai mulai tersingkir. Dengan berbagai alasan kita beralih belanja ke minimarket . Mulai alasan tidak nyaman, tidak lengkap hingga kotor menjadi alasan kita meninggalkan warung. Tahukah anda berapa banyak keluarga menggantungkan hidupnya dari warung dan kedai ini? Pemilik warung menyandarkan hidupnya dari jual beli di warung tersebut . Berbeda dengan pemilik minimarket yang dipunyai oleh pemodal kuat.
Dalam perekonomian , warung atau kedai dan sejenis menempati posisi dasar dalam menggeliatkan roda perekonomian kerakyatan. Apa jadinya jika dasar roda ekonomi kita timpang maka ekonomi kita akan pincang. Seharusnya pemerintah memperhatikan nasib warung yang ada . Mestinya warung yang merupakan wujud ekonomi kerakyatan dibina secara modal dan menejemen bukan dibinasakan. Jika pemilik warung kecil ini sejahtera otomatis akan mengangkat pertumbuhan ekonomi.
Bagi kita selaku pembeli hendaknya lebih peduli . Marilah kita kembali berbelanja ke warung disekitar kita. Karena belanja di warung banyak manfaatnya antara lain bisa silaturahim, lebih dekat dan dapat membantu perekonomian tetangga. Sudah saatnya kita bergotong royong saling membantu dan memajukan ekonomi lingkungan kita. Agar kesejahteraan lingkungan kita cepat tercapai. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar